LAPORAN AKHIR PRAKTEK
BUDIDAYA TANAMAN UMBI - UMBIAN
ANALISIS
PERTUMBUHAN STEK PUCUK DAN STEK BATANG
TANAMAN
UBI JALAR (Ipomea batatas L)
Dosen
Pengasuh : Mastiagom Siregar,
SP. MP
OLEH
Kelompok
II
Nama NPM
1.
Hopman
Siregar 2011
11 127
2.
Amar Husin Sitompul 2011
11 106
3.
Ngatemi 2011
11 062
4.
Wardiah 2011
11 085
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GRAHA
NUSANTARA
T.A.2014/2015
BAB.
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.)
merupakan salah satu tanaman karbohidrat non biji yang penting. Di Indonesia
pada umumnya ubi jalar digunakan untuk makanan sampingan atau untuk mengurangi
kekurangan pangan, namun di Papua dan Maluku ubi jalar digunakan sebagai
makanan pokok sepanjang tahun. Selain dimanfaatkan dalam bentuk umbi segar, ubi
jalar juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri saus, pati, kue dan etanol.
Ubi jalar merupakan kelompok pangan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan
yang menunjang program diversifikasi pangan non beras menuju ketahanan pangan.
(Litbang Pertanian, 2011).
Tanaman ubi jalar adalah salah satu
tanaman pangan yang mempunyai keistimewaan ditinjau dari nilai gizinya dan
merupakan sumber karbohidrat penting sehingga komoditas ini bisa menjadi salah
satu alternatif untuk mendampingi beras menuju ketahanan pangan (Astuti dkk.,
2010). Ubijalar mengandung zat-zat yang bergizi per 100 g yaitu energi 123 kal,
protein 1,8 g, lemak 0,7 g, karbohidrat 27,9 g, kalsium 30 mg, fosfor 49 mg,
besi 0,7 g, vitamin A 7700 SI, vitamin C 22 mg, dan vitamin B1 0,9 mg (Winarti,
2010). Ubijalar mengandung betakaroten sebanyak 7700 SI dalam setiap 100 g
bahan yang dimakan (Cahyono, 2007). Betakaroten sering disebut dengan
pro-vitamin A yang diolah terlebih dulu oleh tubuh agar dapat menjadi vitamin
A.
Masalah utama yang dihadapi dalam
kegiatan usaha tani ubi jalar adalah rendahnya produksi rata-rata per hektar
lahan. Produktivitas ubi jalar pada tahun 2007- 2011 masih berkisar antara
10-12 ton/ha, masih jauh dari potensi hasil yang bisa mencapai 20-30 ton/ha tergantung
dari varietas, asal bibit, sifat tanah dan pemeliharaannya (Litbang Pertanian,
2011).
Rendahnya produksi terjadi disebabkan
karena faktor tanaman itu sendiri yaitu, fase pertumbuhan ubi jalar didominasi
oleh fase pertumbuhan vegetatif yang mengakibatkan pertumbuhan bagian atas
yaitu daun dan batang yang berlebihan, bersamaan dengan kurangnya pembentukan
umbi. Akibatnya sedikit sekali karbohidrat yang tersisa untuk perkembangan
umbi. Kalau fase vegetatif dan reproduktif seimbang, penggunaan dan penumpukan
seimbang juga, secara praktis karbohidrat yang dipakai dan disimpan
samabanyaknya. Tanamannya (Harjadi, 1996).
Perbanyakan tanaman ubijalar umumnya
dilakukan dengan menggunakan stek yaitu stek batang atau stek pucuk.
Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus
mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi berikutnya.
1.2.
Tujuan
Tujuan
pelaksanaan praktek budidaya tanaman umbi-umbian adalah agar mahasiswa
mengetahui pertumbuhan tanaman ubi jalar (
Ipomea batatas L) dengan
perbanyakan stek batang dan stek pucuk.
BAB.
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Klasifikasi tanaman ubi jalar
Ubi jalar atau ketela rambat diduga
berasal dari benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah
asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika Bagian
Tengah. Seorang ahli botani Soviet, Nikolai Ivanovich Vavilov memastikan daerah
sentrum primer daerah asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah (Rukmana,
1997). Kedudukan tanaman ubi jalar dalam tatanama (sistematika) adalah (Sarwono, 2005):
Divisi : Spermatophyta
subdivisi : Angiospermae
kelas : Dicotyledoneae,
ordo : Tubiflorae
famili : Convolvulaceae
genus : Ipomoea
spesies : Ipomoea batatas (L.) Lam.
2.2.
Morfologi ubi jalar
Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di hara dalam tanah dan
akar lumbung atau umbi. Menurut Sarwono, B. 2005, Akar penyerap hara berfungsi
untuk menyerap unsur-unsur hara yang ada dalam tanah, sedangkan akar lumbung
berfungsi sebagai tempat untuk menimbun sebagian makanan yang nantinya akan
terbentuk umbi. Kedalaman tanah akar tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar
15 persen dari seluruh akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar
lumbung yang tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama daun masih aktif
(Anonim. 1999 )
Tanaman ubi jalar berbatang lunak, berbentuk bulat, dan teras bagian tengah
bergabus, batang ubi jalar beruas-ruas dan panjang satu ruas antara 1-3 cm dan
setiap ruas ditumbuhi daun, akar, dan tunas atau cabang. Panjang batang utama beragam yaitu tergantung varietasnya, dan
umumnya berkisar antara 2-3 meter untuk varietas ubi jalar merambat( Sutoro dan Minantyorini. 2003).
Daun ubi jalar berbentuk bulat,
menyerupai jantung (hati) atau seperti jari tengah, tertopang tangkai yang
tegak. Tipe daun bervariasi antara rata, berlekuk dangkal dan menjari, ujung
daun runcing atau tumpul. Warna daun bervariasi dari hijau tua sampai hijau
kekuningan, warna tangkai daun dan tulang daun antara hijau sampai ungu,sesuai
warna batangnya (Sarwono, 2005)
Tanaman ubi jalar yang sudah
kira-kira 3 minggu setelah tanam biasanya sudah membentuk umbi. Bentuk umbi
biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Kulit
umbi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah merahan tergantung
jenisnya. Struktur kulit umbi bervariasi antara tipis sampai tebal, dan
biasanya bergetah, daging umbi berwarna putih, kuning atau jingga sedikit ungu
(Rukmana, 2001)
Bunga ubi jalar berbentuk mirip “
terompet “ tersusun dari lima helai daun mahkota, lima helai daun bunga, dan
satu tangkai putik. Mahkota bunga berwarna putih atau putih keungu-unguan
dengan diameter 3-4 cm. Bunga ubi jalar mekar pada pagi hari mulai pukul
04.00-11.00.bila terjadi penyerbukan buatan, bunga akan membentuk buah
(Rukmana, 2001).
Buah pada tanaman ubi jalar berkotak
tiga. Buah akan tumbuh setelah jadi penyerbukan. Satu bulan setelah jadi
penyerbukan, buah ubi jalar sudah masak. Di dalam buah banyak berisi biji yang
sangat ringan. Biji buah memiliki kulit yang keras. Biji- biji tersebut dapat
digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif untuk menghasilkan
varietas ubi jalar yang baru ( Juanda dan
Cahyono, 2000)
2.3.
Syarat tumbuh ubi jalar
2.3.1.
Iklim
Ubi jalar dapat tumbuh
dengan baik dan menghasilkan apabila persyaratan iklimnya sesuai
selama pertumbuhannya. Suhu minimum untuk pertumbuhannya adalah 10 0C, suhu maksimum 400 C dan suhu optimumnya
adalah 21 0 C (Wargiono, 1980).
Secara geografis tanaman ubi jalar dapat tumbuh baik mulai dari 400
lintang utara
sampai 320 lintang selatan
(Purseglove, 1968).
Di Indonesia tanaman ubi
jalar dapat ditanam mulai dari pantai sampai ke pegunungan dengan
ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut (dpl), suhu rata – rata 27°C dan lama
penyinaran 11 – 12 jam per hari ( Juanda dan Cahyono, 2000). Curah hujan
tahunan yang diperlukan oleh ubi jalar selama pertumbuhannya adalah sebanyak 750
mm - 1500 mm, namun dibutuhkan juga masa - masa kering untuk pembentukan
umbi ( Juanda dan Cahyono, 2000 ).
2.3.2.
Tanah
Ubi jalar dapat tumbuh
diberbagai jenis tanah, namun hasil terbaik akan didapat bila ditanam pada
tanah lempung berpasir yang kaya akan bahan organik dengan drainase
yang baik. Perkembangan umbi akan terhambat oleh struktur tanah bila ditanam pada tanah lempung berat, sehingga dapat mengurangi
hasil dan bentuk umbinya sering
berbenjol - benjol dan kadar seratnya tinggi. Apabila ditanam pada lahan yang sangat subur akan banyak tumbuh daun tetapi
hasil umbinya sangat sedikit
(Wargiono, 1980).
Derajat kemasaman (pH) tanah
yang baik untuk pertumbuhan ubi jalar berkisar antara 5,5
- 7,5 ( Wargiono, 1980 ). Menurut Tsuno, (1977, dalam Desmaini, 1989) pH
tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman ubi jalar adalah 6,1 - 7,7 akan
tetapi ubi jalar masih tahan tumbuh pada pH tanah yang relatif rendah.
2.4. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
stek
Sebagai salah satu perbanyakan tanaman
secara Vegetatif, stek menjadi alternatif yang banyak dipilih orang karena
caranya sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit sehingga dapat dilakukan
oleh siapa saja. Wudianto (1988) mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan
pemisahan, pemotongan beberapa bagian tanaman (akar, batang, daun dan tunas)
dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dengan dasar itu maka
muncullah istilah stek akar, stek batang, stek daun, dan sebagainya. Definisi
lain dari stek adalah salah satu cara pembiakan tanaman tanpa melalui proses
penyerbukan (generatif) tetapi dengan jalan pemotongan batang, cabang, akar
muda, pucuk, atau daun dan menumbuhkannya dalam media padat atau cair sebelum
dilakukan penyapihan (Anonim, 1995).
Tanaman yang dihasilkan dari stek
biasanya mempunyai sifat persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan
terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya. Selain itu kita juga memperoleh
tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang mempunyai akar, batang, dan daun yang
relatif singkat (Wudianto, 1988).
Stek batang adalah tipe stek yang paling
umum dipakai dalam bidang kehutanan. Stek batang didefinisikan sebagai
pembiakkan tanaman dengan menggunakan bagian batang yang dipisahkan dari
induknya, sehingga menghasilkan tanaman yang sempurna. Menurut Yasman dan Smits
(1988), stek batang ini sebaiknya diambil dari bagian tanaman ortotrof sehingga
diharapkan dapat membentuk suatu batang yang pokok dan lurus keatas.
Keuntungan dari stek batang adalah
pembiakkan ini lebih efisien jika dibandingkan dengan cara lain karena cepat
tumbuh dan penyediaan bibit dapat dilakukan dalam jumlah yang besar. Sedangkan
kesulitan yang dihadapi adalah selang waktu penyimpanan relatif pendek antara
pengambilan dan penanaman (Wudianto, 1988)
2.5.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan stek
Terbentuknya akar pada stek merupakan
indikasi keberhasilan dari stek. Adapun
hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah aktor lingkungan
dan faktor dari dalam tanaman.
2.5.1. Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek yaitu: media
perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya (Hartman, 1983). Media perakaran
berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, member kelembaban
pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran
yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat memberikan aerasi dan
kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat
merusak stek.
Media perakaran stek yang biasa dipergunakan
adalah tanah, pasir, campuran gambut dan pasir, perlite dan Vermikulit. Suhu
perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21 0C sampai
27 0C pada pagi dan siang hari dan 15 0 C pada malam hari. Suhu yang terlampau
tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan
meningkatkan laju transpirasi (Hartman, 1983).
2.5.2. Faktor Dari Dalam Tanaman
Kondisi
fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis
tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan
zat pengatur tumbuh (Kramer dan Kozlowzky, 1960)
1.
Umur Bahan Stek
Menurut
Hartman (1983), stek yang berasal dari tanaman muda akan
lebih mudah
berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila
umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat
perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor
yang mendukung inisiasi akar pada stek.
2.
Jenis Tanaman
Tidak
semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan cara stek
bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah
berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin
sklerenkim yang kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis-jenis sulit
berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif (Kramer, 1960).
3.
Adanya Tunas dan Daun Pada Stek
Adanya
tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas
dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai
auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan
dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin (Boulenne dan Went,
1933 dalam Hartman, 1983).
4.
Persediaan Bahan Makanan
Menurut
Haber (1957) persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan
antara persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Ratio C/N yang tinggi
sangat diperlukan untuk pembentukan akar stek yangdiambil dari tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan
berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan C/N ratio rendah.
5.
Hormon
Tanaman (Fitohormon)
Menurut
Heddy (1991) hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya menggiatkan. Hormon
pada tanaman menurut batasan adalah zat yang hanya dihasilkan oleh tanaman itu
sendiri yang disebut fitohormon dan zat kimia sintetik yang dibuat oleh ahli
kimia (Kusumo, 1984).
Hormon
tanaman (fitohormon) adalah
“regulators” yang dihasilkan oleh tanaman sendiri dan pada kadar rendah
mengatur proses fisiologis tanaman. Hormon biasanya mengalir di dalam tanaman
dari tempat dihasilkannya ke tempat keaktifannya (Kusumo, 1984). Salah satu
hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman
adalah auksin. Thimann (1973) dalam Kusumo (1984) berpendapat bahwa
hubungan antara pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar, batang dan
tunas yaitu auksin merangsang pertumbuhan pada kadar rendah, sebaliknya
menghambat pertumbuhan pada kadar tinggi. Kadar optimum hormon untuk
pertumbuhan akar jauh lebih rendah kira-kira 1.100.000 dari kadar optimum untuk
pertumbuhan batang (Kusumo, 1984).
BAB.
III
METODE
PELAKSANAAN
3.1.
Waktu dan tempat pelaksanaan
Adapun
waktu pelaksanaan praktek Budidaya Tanaman Umbi- umbian ialah dilaksanakan pada
bulan November 2014 sampai bulan Januari 2015. Tempat Pelaksanaan Praktek di
lahan Fakultas Pertanian Universitas Graha Nusantara Padangsidempuan
3.2.
Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan dalam pelaksanaan praktek budidaya tanaman umbi-umbian adalah sebagai
berikut: Cangkul, Garu, Pisau, alat tulis dan perangkat lunak komputer .
Bahan
yang digunakan dalam pelaksanaan praktek budidaya tanaman umbi-umbian adalah
sebagai berikut: stek batang dan stek pucuk ubi jalar, pupuk urea, TSP.
3.3.
Pelaksanaan
3.3.1.
Penyiapan bibit
Tata cara penyiapan bibit ubi jalar adalah sebagai
berikut :
1. Tentukan tanaman yang sudah berumur 2bln atau lebih,
keadaan pertumbuhannya sehat dan normal
2.
Potong
batang tanaman untuk dijadikan setek batang sepanjang 20cm-25cm dengan
menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari
3.
Kumpulkan
setek pada suatu tempat kemudian buang sebagian daunnya untuk mengurangi penguapan
yang berlebihan
4. Ikat bahan tanaman ( bibit ) rata-rata 100
setek/ikatan lalu simpan ditempat yang teduh selama 1-7 hari dengan tidak
bertumpuk
3.3.2.
Penyiapan lahan
Penyiapan lahan bagi ubi jalar
sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu
kering agar strukturnya tidak rusak, lengket ataukeras. Penyiapan lahan dapat
dilakukan sebagai berikut :
1. Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian
dibiarkan selama ±1 minggu. Tahap berikutnya pemberian pupuk kompos sebagai
pupuk dasar..
2. Tanah langsung diolah bersamaan dengan pembuatan
petakan, ukuran panjang 2 meter dan lebar 1 meter dengan tinggi petakan ± 25 cm.
3.3.3.
Penanaman
Tahap-tahap penanaman ubi jalar
yaitu :
1. Pembuatan lobang tanam dengan cangkul sedalam 10 cm,
jarak antar lubang tanam 25cm-30cm.
2.
Buat larikan
atau lubang dengan tugal sejauh 7cm-10cm dikiri dan kanan lubang tanam untuk
tempat pupuk Tanamkan bibit ubi jalar kedalam lubang hingga pangkal batang
terbenam tanah ½ - ⅔ bagian, kemudian
3.3.4.
Pemeliharaan tanaman
1.
Pengairan
dilakukan jika tidak ada hujan.
2.
Penyulaman
dilakukan apabila ada bibit yang mati dengan cara mencabut bibit yang mati
kemudian di ganti dengan bibit yang baru
3.
Pemupukan
susulan dilakukan pada saat umur tanaman 45 hari setelah tanam dengan
menggunakan pupuk urea, dengan dosis 5 gram/ lobang tanam.
4.
Penyiangan
dan pembumbunan dilakukan pada saat umur tanaman 1 bln setelah tanam kemudian
diulang pada saat tanaman berumur 2 bln setelah tanam. Penyiangan dan
pembumbunan dilakukan dengan cara membersikan gulma dengan cangkul, lalu
gemburkan tanah disekitar guludan kemudian lakukan pengairan hingga tanah cukup
basah.
5.
Pengendalian
hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis.
3.4.
Parameter pengamatan
Parameter
pengamatan dalam pelaksanaan praktek budidaya tanaman umbi-umbian ialah
menganalisis pertumbuhan tanaman yang menggunakan setek batang dan stek pucuk.
BAB.
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Adapu
hasil pengamatan praktek budi daya tanaman umbi- umbian adalah sebagai berikut
:
No
|
Stek Tanaman Ubi Jalar
|
Hasil Analisis
|
Keterangan/Gambar
|
1
|
Stek Batang
|
Pertumbuhan tanaman lambat,
tumbuh tunas dari ketiak daun dengan 2-3 tunas aktif. Proses tanaman untuk
merambat lama.
|
|
2
|
Stek Pucuk
|
Pertumbuhan tanaman cepat, proses
tanaman untuk merambat cepat.
|
|
4.2.
Pembahasan
Pada
pengamatan analisis pertumbuhan tanaman ubi jalar (Ipomea batatas ) dengan menggunakan stek batang dan stek pucuk,
pada penggunaan stek pucuk lebih cepat tumbuh ( merambat ) di bandingkan dengan
penggunaan stek batang. Pertumbuhan tanaman ubi jalar (Ipomea batatas ) dengan stek pucuk lebih cepat merambat karena
pada saat penanaman stek pucuk memiliki daun lebih dari 5 daun. Menurut Ninja et
al. (2012), semakin luas permukaan daun maka intensitas sinar matahari yang
diterima semakin besar, dan klorofil pada daun yang berfungsi menangkap energi
matahari akan meningkatkan laju fotosentesis sehingga semakin banyak karbohidrat
yang dihasilkan untuk pembelahan sel dan menyebabkan daun tumbuh lebih besar
dan lebar, sehingga berpengaruh terhadap berat segar bagian atas tanaman.
Menurut Soesono (1975) dalam Ufiyani (2003), bahwa tanaman
dapat menyerap nutrisi termasuk zat pengatur tumbuh dari semua permukaan sel
tanaman. Adanya penyerapan hara yang berlangsung pada hampir semua permukaan
tanaman menyebabkan kompetensi sel atau jaringan untuk tumbuh dan berkembang
membentuk organ baru lebih besar sehingga pembetukan tunas dan daun menjadi
lebih banyak.
Pertumbuhan stek pucuk
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain
ketersediaan air dalam jaringan, kandungan cadangan makanan, umur tanaman,
hormon endongen, serta jenis tanaman yang distek. Sedangkan faktor eksternal
antara lain media perakaran, kelembaban, suhu dan cahaya (Kramer dan Kozlowski,
1960 dalam Puspitasari, 2000).
Pertumbuhan stek pucuk dan
stek batang tanaman ubi jalar (Ipomea
batatas ) memerlukan nutrisi untuk pertumbuhan.
Tanaman muda memerlukan nutrisi yang tepat untuk mendukung pertumbuhan
vegetatifnya, baik batang, cabang maupun daun. Pada masa tersebut tanaman sedang membentuk
tubuhnya agar menjadi tanaman yang sehat dan kuat. Karena itu tanaman
membutuhkan protein untuk membangun tubuhnya. Mengingat protein, maka
tanamanpun memerlukan banyak nitrogen pada masa vegetatifnya. Itulah sebabnya
tanaman pupuk nitrogen atau pupuk berkadar N tinggi (Kasmadi, 2010)
Menurut Wareing and Philips (1986)
regenerasi dapat terjadi dengan dediferiansi, yaitu proses perkembangan balik
sel-sel pada daerah yang berbatasan dengan permukaan potongan stek sehingga
sel-sel yang telah terdiferensiasi kembali bersifat meristematik. Peristiwa tersebut
menunjukkan diferensiasi dari berbagai sel tumbuhan tidak menyebabkan sel-sel
tersebut kehilangan potensi genetik, sel-sel tersebut tetap mempunyai sifat
totipotensi, yaitu kemampuan sel tumbuh dan untuk membentuk tumbuhan baru yang
lengkap jika ditumbuhkan pada kondisi yang sesuai (George & Debergh, 2008).
BAB.
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Dalam pelaksanaan praktek
budidaya tanaman umbi-umbian mahasiswa mengetahui pertumbuhan tanaman ubi jalar
(Ipomea batatas) dengan menggunakan
stek pucuk dan stek batang. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan
stek pucuk lebih cepat tumbuh ( merambat ) di bandingkan dengan penggunaan stek
batang. Pertumbuhan tanaman ubi jalar (Ipomea
batatas ) dengan stek pucuk lebih cepat merambat karena pada saat penanaman
stek pucuk memiliki daun lebih dari 5 daun.
5.2. Saran
1.
Dalam pelaksanaan praktek penulis menyarankan untuk praktek lebih
lanjut, pengunaan lahan penanaman di
perluas dan beraneka ragam varietas yang di tanam.