Sabtu, 03 Desember 2016

laporan tanaman umbi-umbian


LAPORAN AKHIR PRAKTEK
BUDIDAYA TANAMAN UMBI - UMBIAN

ANALISIS PERTUMBUHAN STEK PUCUK DAN STEK BATANG
TANAMAN UBI JALAR (Ipomea batatas L)

Dosen Pengasuh : Mastiagom Siregar, SP. MP

OLEH
Kelompok II
                                    Nama                                                      NPM
1.       Hopman Siregar                                2011 11 127
2.      Amar Husin Sitompul                        2011 11 106
3.      Ngatemi                                               2011 11 062
4.      Wardiah                                              2011 11 085


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GRAHA NUSANTARA
T.A.2014/2015




BAB. I
PENDAHULUAN


1.1.        Latar belakang
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu tanaman karbohidrat non biji yang penting. Di Indonesia pada umumnya ubi jalar digunakan untuk makanan sampingan atau untuk mengurangi kekurangan pangan, namun di Papua dan Maluku ubi jalar digunakan sebagai makanan pokok sepanjang tahun. Selain dimanfaatkan dalam bentuk umbi segar, ubi jalar juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri saus, pati, kue dan etanol. Ubi jalar merupakan kelompok pangan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan yang menunjang program diversifikasi pangan non beras menuju ketahanan pangan. (Litbang Pertanian, 2011).
Tanaman ubi jalar adalah salah satu tanaman pangan yang mempunyai keistimewaan ditinjau dari nilai gizinya dan merupakan sumber karbohidrat penting sehingga komoditas ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk mendampingi beras menuju ketahanan pangan (Astuti dkk., 2010). Ubijalar mengandung zat-zat yang bergizi per 100 g yaitu energi 123 kal, protein 1,8 g, lemak 0,7 g, karbohidrat 27,9 g, kalsium 30 mg, fosfor 49 mg, besi 0,7 g, vitamin A 7700 SI, vitamin C 22 mg, dan vitamin B1 0,9 mg (Winarti, 2010). Ubijalar mengandung betakaroten sebanyak 7700 SI dalam setiap 100 g bahan yang dimakan (Cahyono, 2007). Betakaroten sering disebut dengan pro-vitamin A yang diolah terlebih dulu oleh tubuh agar dapat menjadi vitamin A.
Masalah utama yang dihadapi dalam kegiatan usaha tani ubi jalar adalah rendahnya produksi rata-rata per hektar lahan. Produktivitas ubi jalar pada tahun 2007- 2011 masih berkisar antara 10-12 ton/ha, masih jauh dari potensi hasil yang bisa mencapai 20-30 ton/ha tergantung dari varietas, asal bibit, sifat tanah dan pemeliharaannya (Litbang Pertanian, 2011).
Rendahnya produksi terjadi disebabkan karena faktor tanaman itu sendiri yaitu, fase pertumbuhan ubi jalar didominasi oleh fase pertumbuhan vegetatif yang mengakibatkan pertumbuhan bagian atas yaitu daun dan batang yang berlebihan, bersamaan dengan kurangnya pembentukan umbi. Akibatnya sedikit sekali karbohidrat yang tersisa untuk perkembangan umbi. Kalau fase vegetatif dan reproduktif seimbang, penggunaan dan penumpukan seimbang juga, secara praktis karbohidrat yang dipakai dan disimpan samabanyaknya. Tanamannya (Harjadi, 1996).
Perbanyakan tanaman ubijalar umumnya dilakukan dengan menggunakan stek yaitu stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi berikutnya.
1.2.       Tujuan
Tujuan pelaksanaan praktek budidaya tanaman umbi-umbian adalah agar mahasiswa mengetahui pertumbuhan tanaman ubi jalar ( Ipomea batatas L) dengan perbanyakan stek batang dan stek pucuk.




BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1.  Klasifikasi tanaman ubi jalar
            Ubi jalar atau ketela rambat diduga berasal dari benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika Bagian Tengah. Seorang ahli botani Soviet, Nikolai Ivanovich Vavilov memastikan daerah sentrum primer daerah asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah (Rukmana, 1997). Kedudukan tanaman ubi jalar dalam tatanama (sistematika)  adalah (Sarwono, 2005):
Divisi               : Spermatophyta
subdivisi          : Angiospermae
kelas                : Dicotyledoneae,
ordo                 : Tubiflorae
famili               : Convolvulaceae
genus               : Ipomoea
spesies             : Ipomoea batatas (L.) Lam.

2.2. Morfologi ubi jalar
Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di hara dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sarwono, B. 2005, Akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur hara yang ada dalam tanah, sedangkan akar lumbung berfungsi sebagai tempat untuk menimbun sebagian makanan yang nantinya akan terbentuk umbi. Kedalaman tanah akar tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar 15 persen dari seluruh akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar lumbung yang tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama daun masih aktif (Anonim. 1999­ )
Tanaman ubi jalar berbatang lunak, berbentuk bulat, dan teras bagian tengah bergabus, batang ubi jalar beruas-ruas dan panjang satu ruas antara 1-3 cm dan setiap ruas ditumbuhi daun, akar, dan tunas atau cabang. Panjang batang utama beragam yaitu tergantung varietasnya, dan umumnya berkisar antara 2-3 meter untuk varietas ubi jalar merambat( Sutoro dan Minantyorini. 2003).
Daun ubi jalar berbentuk bulat, menyerupai jantung (hati) atau seperti jari tengah, tertopang tangkai yang tegak. Tipe daun bervariasi antara rata, berlekuk dangkal dan menjari, ujung daun runcing atau tumpul. Warna daun bervariasi dari hijau tua sampai hijau kekuningan, warna tangkai daun dan tulang daun antara hijau sampai ungu,sesuai warna batangnya (Sarwono, 2005)
Tanaman ubi jalar yang sudah kira-kira 3 minggu setelah tanam biasanya sudah membentuk umbi. Bentuk umbi biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Kulit umbi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah merahan tergantung jenisnya. Struktur kulit umbi bervariasi antara tipis sampai tebal, dan biasanya bergetah, daging umbi berwarna putih, kuning atau jingga sedikit ungu (Rukmana, 2001)
Bunga ubi jalar berbentuk mirip “ terompet “ tersusun dari lima helai daun mahkota, lima helai daun bunga, dan satu tangkai putik. Mahkota bunga berwarna putih atau putih keungu-unguan dengan diameter 3-4 cm. Bunga ubi jalar mekar pada pagi hari mulai pukul 04.00-11.00.bila terjadi penyerbukan buatan, bunga akan membentuk buah (Rukmana, 2001).
Buah pada tanaman ubi jalar berkotak tiga. Buah akan tumbuh setelah jadi penyerbukan. Satu bulan setelah jadi penyerbukan, buah ubi jalar sudah masak. Di dalam buah banyak berisi biji yang sangat ringan. Biji buah memiliki kulit yang keras. Biji- biji tersebut dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif untuk menghasilkan varietas ubi jalar yang baru ( Juanda dan Cahyono, 2000)

2.3. Syarat tumbuh ubi jalar
2.3.1. Iklim
Ubi jalar dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan apabila persyaratan  iklimnya sesuai selama pertumbuhannya. Suhu minimum untuk pertumbuhannya  adalah 10 0C, suhu maksimum 400 C  dan suhu optimumnya adalah 21 0 C (Wargiono, 1980). Secara geografis tanaman ubi jalar dapat tumbuh baik mulai  dari 400  lintang utara sampai 320 lintang selatan (Purseglove, 1968).
Di Indonesia tanaman ubi jalar dapat ditanam mulai dari pantai sampai ke  pegunungan dengan ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut (dpl), suhu rata  – rata 27°C dan lama penyinaran 11 – 12 jam per hari ( Juanda dan Cahyono,  2000). Curah hujan tahunan yang diperlukan oleh ubi jalar selama pertumbuhannya  adalah sebanyak 750 mm - 1500 mm, namun dibutuhkan juga masa - masa kering  untuk pembentukan umbi ( Juanda dan Cahyono, 2000 ).
2.3.2. Tanah
Ubi jalar dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, namun hasil terbaik akan didapat  bila ditanam pada tanah lempung berpasir yang kaya akan bahan organik dengan drainase yang baik. Perkembangan umbi akan terhambat oleh struktur tanah bila  ditanam pada tanah lempung berat, sehingga dapat mengurangi hasil dan bentuk  umbinya sering berbenjol - benjol dan kadar seratnya tinggi. Apabila ditanam  pada lahan yang sangat subur akan banyak tumbuh daun tetapi hasil umbinya  sangat sedikit (Wargiono, 1980).
Derajat kemasaman (pH) tanah yang baik untuk pertumbuhan ubi jalar  berkisar antara 5,5 - 7,5 ( Wargiono, 1980 ). Menurut Tsuno, (1977, dalam  Desmaini, 1989) pH tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman ubi jalar adalah  6,1 - 7,7 akan tetapi ubi jalar masih tahan tumbuh pada pH tanah yang relatif  rendah.
2.4. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan stek
Sebagai salah satu perbanyakan tanaman secara Vegetatif, stek menjadi alternatif yang banyak dipilih orang karena caranya sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Wudianto (1988) mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian tanaman (akar, batang, daun dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dengan dasar itu maka muncullah istilah stek akar, stek batang, stek daun, dan sebagainya. Definisi lain dari stek adalah salah satu cara pembiakan tanaman tanpa melalui proses penyerbukan (generatif) tetapi dengan jalan pemotongan batang, cabang, akar muda, pucuk, atau daun dan menumbuhkannya dalam media padat atau cair sebelum dilakukan penyapihan (Anonim, 1995).
Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai sifat persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya. Selain itu kita juga memperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang mempunyai akar, batang, dan daun yang relatif singkat (Wudianto, 1988).
Stek batang adalah tipe stek yang paling umum dipakai dalam bidang kehutanan. Stek batang didefinisikan sebagai pembiakkan tanaman dengan menggunakan bagian batang yang dipisahkan dari induknya, sehingga menghasilkan tanaman yang sempurna. Menurut Yasman dan Smits (1988), stek batang ini sebaiknya diambil dari bagian tanaman ortotrof sehingga diharapkan dapat membentuk suatu batang yang pokok dan lurus keatas.
Keuntungan dari stek batang adalah pembiakkan ini lebih efisien jika dibandingkan dengan cara lain karena cepat tumbuh dan penyediaan bibit dapat dilakukan dalam jumlah yang besar. Sedangkan kesulitan yang dihadapi adalah selang waktu penyimpanan relatif pendek antara pengambilan dan penanaman (Wudianto, 1988)

2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan stek
Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari  stek. Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah aktor lingkungan dan faktor dari dalam tanaman.
2.5.1. Faktor Lingkungan
            Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek yaitu: media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya (Hartman, 1983). Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, member kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek.
Media perakaran stek yang biasa dipergunakan adalah tanah, pasir, campuran gambut dan pasir, perlite dan Vermikulit. Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21 0C sampai 27 0C pada pagi dan siang hari dan 15   0 C pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi (Hartman, 1983).
2.5.2. Faktor Dari Dalam Tanaman
            Kondisi fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh (Kramer dan Kozlowzky, 1960)
1.      Umur Bahan Stek
Menurut Hartman (1983), stek yang berasal dari tanaman muda akan
lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar pada stek.
2.      Jenis Tanaman
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim yang kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis-jenis sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif (Kramer, 1960).
3.      Adanya Tunas dan Daun Pada Stek
Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin (Boulenne dan Went, 1933 dalam Hartman, 1983).
4.      Persediaan Bahan Makanan
Menurut Haber (1957) persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan akar stek yangdiambil dari  tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan C/N ratio rendah.
5.       Hormon Tanaman (Fitohormon) 
Menurut Heddy (1991) hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya menggiatkan. Hormon pada tanaman menurut batasan adalah zat yang hanya dihasilkan oleh tanaman itu sendiri yang disebut fitohormon dan zat kimia sintetik yang dibuat oleh ahli kimia (Kusumo, 1984).
Hormon tanaman (fitohormon) adalah “regulators” yang dihasilkan oleh tanaman sendiri dan pada kadar rendah mengatur proses fisiologis tanaman. Hormon biasanya mengalir di dalam tanaman dari tempat dihasilkannya ke tempat keaktifannya (Kusumo, 1984). Salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah auksin. Thimann (1973) dalam Kusumo (1984) berpendapat bahwa hubungan antara pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar, batang dan tunas yaitu auksin merangsang pertumbuhan pada kadar rendah, sebaliknya menghambat pertumbuhan pada kadar tinggi. Kadar optimum hormon untuk pertumbuhan akar jauh lebih rendah kira-kira 1.100.000 dari kadar optimum untuk pertumbuhan batang (Kusumo, 1984).
















BAB. III
METODE PELAKSANAAN


3.1. Waktu dan tempat pelaksanaan
            Adapun waktu pelaksanaan praktek Budidaya Tanaman Umbi- umbian ialah dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai bulan Januari 2015. Tempat Pelaksanaan Praktek di lahan Fakultas Pertanian Universitas Graha Nusantara Padangsidempuan

3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pelaksanaan praktek budidaya tanaman umbi-umbian adalah sebagai berikut: Cangkul, Garu, Pisau, alat tulis dan perangkat lunak komputer .
            Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktek budidaya tanaman umbi-umbian adalah sebagai berikut: stek batang dan stek pucuk ubi jalar, pupuk urea, TSP.

3.3. Pelaksanaan
3.3.1. Penyiapan bibit
Tata cara penyiapan bibit ubi jalar adalah sebagai berikut :
1.      Tentukan tanaman yang sudah berumur 2bln atau lebih, keadaan pertumbuhannya sehat dan normal
2.      Potong batang tanaman untuk dijadikan setek batang sepanjang 20cm-25cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari
3.      Kumpulkan setek pada suatu tempat kemudian buang sebagian daunnya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan
4.      Ikat bahan tanaman  ( bibit ) rata-rata 100 setek/ikatan lalu simpan ditempat yang teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk


3.3.2. Penyiapan lahan
Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket ataukeras. Penyiapan lahan dapat dilakukan sebagai berikut :
1.      Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan selama ±1 minggu. Tahap berikutnya pemberian pupuk kompos sebagai pupuk dasar..
2.      Tanah langsung diolah bersamaan dengan pembuatan petakan, ukuran panjang 2 meter dan lebar 1 meter dengan tinggi petakan ± 25 cm.

3.3.3. Penanaman
Tahap-tahap penanaman ubi jalar yaitu :
1.      Pembuatan lobang tanam dengan cangkul sedalam 10 cm, jarak antar lubang tanam 25cm-30cm.
2.      Buat larikan atau lubang dengan tugal sejauh 7cm-10cm dikiri dan kanan lubang tanam untuk tempat pupuk Tanamkan bibit ubi jalar kedalam lubang hingga pangkal batang terbenam tanah ½ - ⅔ bagian, kemudian

3.3.4.      Pemeliharaan tanaman
1.      Pengairan dilakukan jika tidak ada hujan.
2.      Penyulaman dilakukan apabila ada bibit yang mati dengan cara mencabut bibit yang mati kemudian di ganti dengan bibit yang baru
3.      Pemupukan susulan dilakukan pada saat umur tanaman 45 hari setelah tanam dengan menggunakan pupuk urea, dengan dosis 5 gram/ lobang tanam.
4.      Penyiangan dan pembumbunan dilakukan pada saat umur tanaman 1 bln setelah tanam kemudian diulang pada saat tanaman berumur 2 bln setelah tanam. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan dengan cara membersikan gulma dengan cangkul, lalu gemburkan tanah disekitar guludan kemudian lakukan pengairan hingga tanah cukup basah.
5.      Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis.


3.4.      Parameter pengamatan
Parameter pengamatan dalam pelaksanaan praktek budidaya tanaman umbi-umbian ialah menganalisis pertumbuhan tanaman yang menggunakan setek batang dan stek pucuk.




























BAB. IV
HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1.       Hasil
            Adapu hasil pengamatan praktek budi daya tanaman umbi- umbian adalah sebagai berikut :
No
Stek Tanaman Ubi Jalar
Hasil Analisis
Keterangan/Gambar
1
Stek Batang
Pertumbuhan tanaman lambat, tumbuh tunas dari ketiak daun dengan 2-3 tunas aktif. Proses tanaman untuk merambat lama.
2
Stek Pucuk
Pertumbuhan tanaman cepat, proses tanaman untuk merambat cepat.

4.2.       Pembahasan
Pada pengamatan analisis pertumbuhan tanaman ubi jalar (Ipomea batatas ) dengan menggunakan stek batang dan stek pucuk, pada penggunaan stek pucuk lebih cepat tumbuh ( merambat ) di bandingkan dengan penggunaan stek batang. Pertumbuhan tanaman ubi jalar (Ipomea batatas ) dengan stek pucuk lebih cepat merambat karena pada saat penanaman stek pucuk memiliki daun lebih dari 5 daun. Menurut Ninja  et al. (2012), semakin luas permukaan daun maka intensitas sinar matahari yang diterima semakin besar, dan klorofil pada daun yang berfungsi menangkap energi matahari akan meningkatkan laju fotosentesis sehingga semakin banyak karbohidrat yang dihasilkan untuk pembelahan sel dan menyebabkan daun tumbuh lebih besar dan lebar, sehingga berpengaruh terhadap berat segar bagian atas tanaman.
Menurut Soesono (1975) dalam Ufiyani (2003), bahwa tanaman dapat menyerap nutrisi termasuk zat pengatur tumbuh dari semua permukaan sel tanaman. Adanya penyerapan hara yang berlangsung pada hampir semua permukaan tanaman menyebabkan kompetensi sel atau jaringan untuk tumbuh dan berkembang membentuk organ baru lebih besar sehingga pembetukan tunas dan daun menjadi lebih banyak.
Pertumbuhan stek pucuk dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain ketersediaan air dalam jaringan, kandungan cadangan makanan, umur tanaman, hormon endongen, serta jenis tanaman yang distek. Sedangkan faktor eksternal antara lain media perakaran, kelembaban, suhu dan cahaya (Kramer dan Kozlowski, 1960 dalam Puspitasari, 2000).
Pertumbuhan stek pucuk dan stek batang tanaman ubi jalar (Ipomea batatas ) memerlukan nutrisi untuk pertumbuhan. Tanaman muda memerlukan nutrisi yang tepat untuk mendukung pertumbuhan vegetatifnya, baik batang, cabang maupun daun. Pada  masa tersebut tanaman sedang membentuk tubuhnya agar menjadi tanaman yang sehat dan kuat. Karena itu tanaman membutuhkan protein untuk membangun tubuhnya. Mengingat protein, maka tanamanpun memerlukan banyak nitrogen pada masa vegetatifnya. Itulah sebabnya tanaman pupuk nitrogen atau pupuk berkadar N tinggi (Kasmadi, 2010)
Menurut Wareing and Philips (1986) regenerasi dapat terjadi dengan dediferiansi, yaitu proses perkembangan balik sel-sel pada daerah yang berbatasan dengan permukaan potongan stek sehingga sel-sel yang telah terdiferensiasi kembali bersifat meristematik. Peristiwa tersebut menunjukkan diferensiasi dari berbagai sel tumbuhan tidak menyebabkan sel-sel tersebut kehilangan potensi genetik, sel-sel tersebut tetap mempunyai sifat totipotensi, yaitu kemampuan sel tumbuh dan untuk membentuk tumbuhan baru yang lengkap jika ditumbuhkan pada kondisi yang sesuai (George & Debergh, 2008).


BAB. V
KESIMPULAN DAN SARAN



5.1.        Kesimpulan
Dalam pelaksanaan praktek budidaya tanaman umbi-umbian mahasiswa mengetahui pertumbuhan tanaman ubi jalar (Ipomea batatas) dengan menggunakan stek pucuk dan stek batang. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan stek pucuk lebih cepat tumbuh ( merambat ) di bandingkan dengan penggunaan stek batang. Pertumbuhan tanaman ubi jalar (Ipomea batatas ) dengan stek pucuk lebih cepat merambat karena pada saat penanaman stek pucuk memiliki daun lebih dari 5 daun.

5.2.       Saran
1.      Dalam pelaksanaan praktek penulis menyarankan untuk praktek lebih lanjut,  pengunaan lahan penanaman di perluas dan beraneka ragam varietas yang di tanam.